Oleh: Yurda Indari
Pada tahun 2013 jumlah penduduk berusia produktif 15-64 tahun mencapai 66,2 persen dari seluruh penduduk indonesia. Diprediksi oleh Bappenas, bahwa jumlah itu akan terus membengkak seirimg dengan pertambahan jumlah penduduk di indonessia. Sebagai penduduk mayoritas, umat islam dinilai harus memanfaatkan bonus tersebut. Tercatat tahun 2010 ada 204,8 juta jiwa muslim yang menjadi warga negara indonesia. Pakar demografi Universitas Indonesia (UI) Sonny Hary Budiutomo menjelaskan, negara harus meyiapkan strategi pembentukan manusia seutuhnya untuk menyambut berkah ini. Caranya dengan meningkatkan akhlak generasi muda sehingga terpenuhi penduduk usia produktif yang memiliki akhlak yang berkualitas.
Dalam
Islam ada tiga cakupan utama yang menjadi landasan ajaran islam, yaitu
Akidah, Syariah, Akhlak.. Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya. Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan. Akidah dalam islam ialah menyangkut rukun iman dan rukun islam. Sedangkan syariah adalah norma, aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya. Dalam fiqh, syariah dibagi menjadi dua, yaitu Ibadah dan Muamalah. Sedangkan Imam Al-Ghazali menjelaskan pengertian aklhlak adalah
suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusiayang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun sebaliknya bila melahirkan tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang buruk. Dari ketiga landasan ajaran Islam ini, akhlak menjadi poin penting dalam pembentukan penduduk yang memiliki kualitas moral yang baik.
Akidah, Syariah, Akhlak.. Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya. Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan. Akidah dalam islam ialah menyangkut rukun iman dan rukun islam. Sedangkan syariah adalah norma, aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya. Dalam fiqh, syariah dibagi menjadi dua, yaitu Ibadah dan Muamalah. Sedangkan Imam Al-Ghazali menjelaskan pengertian aklhlak adalah
suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusiayang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun sebaliknya bila melahirkan tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang buruk. Dari ketiga landasan ajaran Islam ini, akhlak menjadi poin penting dalam pembentukan penduduk yang memiliki kualitas moral yang baik.
Jika akhlak merupakan sifat diri secara bathiniah yang bisa diketahui oleh
mata hati, tingkah laku merupakan gambara diri secara lahiriah yang bisa
diketahui oleh mata atau dapat kita katakan bahwa hubungan akhlak dan tingkah
laku itu seperti hubungan antara yang menunjukkan dan yang ditunjukkan[1].Jka
tingkah laku manusia itu baik serta terpuji, akhlaknya terpuji, sedangkan jika
tingkah lakunya buruk maka serta tercela maka akhlaknya pun tercela. Inipun
terjadi bila tak ada faktor luar yang mempengaruhi tingkah laku itu, kemudian
menyebabkan tidak mengarakan akhlak secara benar. Contohnya orang yang
bersedekah karena ingin dilihat orang-orang disampingnya.
Rasulullah juga pernah bersabda “Manusia
yang paling banyak dimasukkan ke dalam surga adalah manusia yang bertaqwa
kepada Allah SWT dan akhlak yang baik”. Akhlak itu merupakan suatu keadaan
dalam diri, maksudnya ia merupakan suatu sifat dimilki aspek jiwa manusia,
sebagaimana tindakan merupakan suatu sifat
bagi aspek tubuh manusia.
Kedudukan Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah merupakan barometer tinggi rendahnya derajat seseorang
sekalipun orang itu pandai setinggi langit, namun jika ia suka melanggar
norma-norma agama maka ia tidak bisa dikatakan orang yang mulia.
Akhlakul karimah tidak hanya menentukan tinngi rendahnya derajat seseorang
akan tetapi mencakup pula derajat suatu bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan
mulia karena kemuliaan dan kebesarannya, kalau mereka berakhlak jahat dan
hinakarena yang akan tinggal itu bukan kemewahan dan kebesarannya melainkan
akhlaknya.
Oleh karena itu akhlak menjadi peninggalan kekal yang akan terhapus selama
dunia di huni manusia, sedang kemewahan dan kebesaran itu akan lenyap bila
bangsa itu hancur dan binasa. Lenyapnya kemuliaan suatu bangsa karena
kehilangan akhlak yang baik dan utama dari mereka, demikian pula sebaliknya
kekalnya suatu bangsa karena kekalnya akhlak-akhlak dari mereka.
Seorang pujangga Mesir bernama Ahmad Syauqi dalam salah satu qubahannya:
Sesungguhnya suatu bangsa akan menjadi jaya dan terhormat selama bangsa itu
memiliki akhlak yang luhur, apabila bangsa itu telah kehilangan akhlak yang
luhur, maka bangsa itu akan musnah dan hancur lembur.
Oleh karena itu masalah akhlak itu tidak bisa dianggap sepele, karena
mencakup masyarakat luas, yang akan mengangkat derajat manusia ke tingkat yang
semulia-mulianya, namun bila salah jalan justru akan membawa mareka kepada
derajat yang serendah-rendahnya. Masalah akhlak pada masa sekarang ini pada
umumnya kejahatan mengatasi kebaikan,kebatilan mengatasi kebenaran, pencemaran
menjadi perbuatan yang lumrah dilakukan orang.
Pada masa sekarang orang tua sangat mengkhawatirkan moral anaknya, karena
rusaknya pergaulan dikalangan manusia, khususnya pada masa remaja. Masa yang
menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dipengaruhi oleh hawa
nafsu dan bujukan setan. Namun manusia tidak bisa semata-mata mengandalkan
teknologi dan ilmu pengetahuan ini untuk membimbingnya ke jalan kebajikan dan
mengesampingkan ajaran dan tuntutan agama.
Kaum muslim sebaiknya mempraktekkan akhlakul karimah ini, karena kedatangan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai
penyempurna akhlak yang baik dan utama. Sebagaimana diterangkan dalam sabdanya
yang artinya:
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”
(H.R Al-Hakim dari Abu Hurairah)
Sebagai anjuran bagi umatnya supaya berakhlak baik, beliau bersabda, yang
artinya adalah:
“Orang mukmin yang paling sempurna
imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”(H.R Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Dan Nabipun telah mendorong orang tua agar mengajarkan tata krama dan sopan
santun kepada anak-anaknya tersebut dalam sebuah hadits yang artinya:
“Muliakanlah anak-anakmu dan
baguskanlah budi pekerti mereka”
(H.R
Ibnu Majah dari Anas bin Malik)
Nabi Muhammad tidak hanya menganjurkan umatnya supaya berakhlak baik dan
mulia, tetapi lebih dahulu beliau berakhlak mulia, bersopan santun dan
berperangai terpuji, sehingga Allah SWT memberikan pujian kepada beliau yang
belum pernah diberikannya kepada orang lain, sebagaimana diterangkan dalam
firmannya:“Sesungguhnya engkau (Muhammad)
berbudi pekerti agung”(QS Al-qalam:
4)
Oleh karena itu setiap muslim
berkewajiban mendidik dirinya sendiri dan anak-anaknya supaya berakhlak baik.
Dan di perguruan tinggi masalah akhlak ini perlu mendapat perhatian. Janganlah
mereka hanya mementingkan ilmu pngetahuan dan teknologi saja, sedangkan akhlak
tidak diperhatikan.
Dalam keseluruhan agama Islam akhlak menempati kedudukan istimewa dan
sangat penting, karena Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang
mulia sebagai misi pokok risalah Islam, beliau bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya aku di utus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”(H.R
Baihaqi)
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya pada Rasulullah SAW:
Ya Rasulullah, apakah agama itu? Beliau menjawab
“Agama itu adalah akhlak yang baik”. Pendefisian agama (Islam)
dengan akhlak yang baikitu sebanding dengan pendefenisian ibadah haji dengan
wuquf di Arafah. Rasulullah menyebutkan haji adalah wuquf di Arafah. Artinya
tidak sah haji seseorang tanpa wuquf di Arafah.
Dan orang yang paling dicintai serta
dekat dengan Rasulllah SAW nanti pada hari kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya. Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran
klulitas imannya.
Meneladani Akhlak Rasulullah S.a.w
Rasulullah s.a.w. adalah sosok yang mampu
menguasai hati dan jiwa para sahabat, sehingga kecintaan mereka terhadap Beliau
jauh melebihi kecintaan mereka kepada sesuatu yang lain. Sikap memperlakukan
dan mempergauli dengan baik yang dimiliki oleh Rasululah s.a.w. tidak hanya
terbatas pada para sahabat Beliau saja. Akan tetapi mencakup semua kaum
perempuan, saudara, orang lain dan juga budak-budaknya, baik itu dilakukan
ketika berada dalam perjalanan ataupun tidak.
Di antara fator yang menyebabkan para sahabat
sangat mencintakan Rasulullah s.a.w. adalah sikap dan perlakuan Beliau
kepada mereka yang sangat baik dan lembut. Di bawah ini ada enam hadith yang
menjadi bukti bahawa Beliau benar-benar memiliki sikap mempergauli para sahabat
dengan sangat baik dan lembut. Enam hadith tersebut adalah seperti berikut:
- Setiap Rasulullah s.a.w. berjabat tangan dengan seseorang, maka Beliau tidak akan melepaskan genggaman tangannya kecuali orang yang berjabat tangan tersebut melepaskan genggaman tangannya terlebih dahulu.
- Pada suatu waktu, ada seorang hamba sahaya perempuan yang datang menemui Rasulullah s.a.w., kemudian ia memegang tangan Beliau dan mengajak Beliau pergi untuk suatu keperluan peribadinya. Beliau menurutkan kemauhan yang diinginkan hamba sahaya perempuan tersebut dan Beliau tidak akan meninggalkannya sampai ia mendapatkan apa yang diinginkan.
- Setiap ada seseorang yang mengajak bicara bengan Rasulullah s.a.w., Beliau tidak akan memalingkan mukanya dan berlalu pergi kecuali orang tersebut yang memulakan pergi terlebih dahulu.
- Rasulullah s.a.w. tidak pernah memotong pembicaraan seseorang, kecuali jika ia telah melanggar batas. Pada kebiasaannya, Beliau akan memotong pembicaraan mereka dengan cara memlarang mereka atau dengan berdiri.
- Setiap baginda Rasulullah s.a.w. bertemu dengan salah satu sahabat, maka Beliau akan memulakan untuk mengajak berjabat tangan, kemudian memegangnya dengan erat dan penuh persaudaraan.
- Rasulullah s.a.w. selalu memulakan mengucapkan salam kepada setiap orang yang ditemukan.
Rasulullah s.a.w. adalah sosok yang terkenal sangat
ramah dan mulia, ia selalu memuliakan setiap orang yang datang untuk bertemu
dengan Beliau. Bahkan kadang-kadang Beliau membentangkan rida’ untuk para
tetamu dan mempersilahkan mereka duduk di atas bantal yang sebelumnya Beliau
duduk di atasnya. Diriwayatkan bahawa pada suatu ketika ada salah seorang dari
kelompok Bajīlat al-Abt)āl (ia adalah Jarīr bin ‘Abdullāh al Bajalī) datang ke majlis Rasulullah
s.a.w. yang penuh sesak oleh para sahabat. Ia berusaha mencari tempat duduk,
namun tidak menemukannya, akhirnya ia duduk di pintu. Kemudian Rasulullah
s.a.w. melipat rida’ Beliau dan melemparkan ke arah Jarīr dengan berkata: “Duduklah
di atas rida’ ini.” Jarīr mengambil rida’ tersebut, namun tidak ia
gunakan untuk duduk akan tetapi ia tempelkan ke muka dan menciumnya sambil
menangis. Kemudian ia kembalikan rida’ tersebut kepada Rasulullah s.a.w. seraya
berkata: “Saya tidak akan duduk di atas rida’ Rasulullah s.a.w. ini, semoga
Allah s.w.t memuliakanmu seperti halnya kamu telah memuliakan saya.”
Rasulullah s.a.w. menoleh ke kiri dan ke kanan dan berkata: “Jika datang
kepada kalian seseorang yang mulia di antara kaumnya, maka muliakanlah
dirinya.”
Akhlak adalah salah satu dasar dalam Islam. Pondasi
Islam, yaitu iman, islam dan salah satu hal terpenting lagi yang menjadi
pondasi dari Islam, yaitu ihsan. Perbuatan baik, atau ihsan harus selalu kita
ingat sebagai salah satu dasar agama Islam. Dan dalam ihsan tersebut terselip
akhlakul karimah, salah satu sifat Rasulullah SAW.Suatu hari, Rasul pernah
ditanya oleh sahabatnya. “Ya Rasul, apakah inti Islam?” Rasul menjawab, “Inti
Islam adalah Akhlakul Karimah, Akhlakul Karimah, Akhlakul Karimah”. Kemudian
Rasul ditanya lagi, “Ya Rasul, apa inti akhlak?”, dijawab oleh Rasul, ”1.
Jangan berdusta, 2. Tepati janji, 3. Amanah, 4. Istiqomah”.
Maka apabila negara indonesia
dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia ini ingin menjadikan generasi
mudahnya memiliki akhlak yang baik adalah dengan menjadikan Nabi Muhammad S.A.W
sebagai contoh dalam segala aspek kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar