.................................................................
“Masya Allah, siang yang panas..!!” kalimat ini
biasanya berlaku di siang hari jam 11.00-14.00 siang, tapi tidak untuk hari ini. Dijam
ini, dihari ini hujan, iya... hujan cukup deras, orang-orang sebagian
mengeluhkan karena terhambat perjalannnya, sebagian yang lain menikmati turunnya
hujan, salah satunya aku ini.. Hehe...
Aku sebenarnya bukan penikmat hujan
sebagaimana beberapa orang yang menamai diri “pencinta hujan”, “penikmat hujan”,
“hujan lover”, “loverain”, dan sebagainya yang terkadang menurut ku lebay. Aku menyukai semua moment yang
disajikan Tuhan ke alam ini, malam-Nya, siang-Nya, Sore-Nya, Petang-Nya,
Pagi-Nya, Panas-Nya, kemarau-Nya, pun hujan-Nya ini. Aku menyukai semuanya. Karena
sejatinya kesemuanya itu adalah milik-Nya, hasil penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya
dan Nikmat-Nya. Maka sudah seharusnyalah aku, kamu, kita menyukai semuanya, mensyukuri Nikmat-Nya, Mengagungkan Kekuasaan-Nya.
Allah!
Ditengah derasnya hujan, seseorang di
sudut ruangan sedang hikmat menghadap laptopnya memperhatikan materi-materi
yang akan dia sampaikan kepada beberapa orang mahasiswanya. Di atas mejanya
tampak berserakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan materi-materi yang
akan dia sampaikan, terdapat satu botol air minum berwarna hijau, mungkin warna
favoritnya, karena yang ku tau dia banyak sekali memiliki benda-benda warna
hijau, di meja itu pula terlihat dompet berwarna ungu, desainnya cantik,
mungkin juga dia menyukai warna ungu, dan terlihat pula beberapa alat tulis
lainnya.
Matanya fokus memperhatikan layar
laptopnya, sesekali melihat ke arah smart
phonenya yang tergeletak persis sebelah kiri laptopnya. Awalnya aku mengiri
dia benar-benar akan fokus ke laptopnya untuk waktu yang lama, iyaa... karena
sepertinya menurutku tugas di laptop itu masih belum sepenuhnya selesai, masih
banyak yang belum dia pahami. Aku kira dia akan lebih lama lagi bermesraan,
berduan dengan laptopnya itu, tapi tiba-tiba ada suara yang mengusiknya, ada
suara yang memecah konsentrasinya, suara yang mengalihkan pandangannya, suara
yang menghilangkan fokusnya. Suara itu, suara smart phonenya, iyaa... smart
phone yang persis berada di sebelah kiri laptopnya, yang dekat sekali
dengan tangan kirinya menguluarkan suara, tanda ada pesan masuk, atau pesan di
BBM, atau Whatsappnya, atau apalah yang membuat tangannya segera mengambil smart phone itu dan dengan penasaran dia
melihat pesan siapa yang dia terima.
Maka seketika itu pula perhatiannya
beralih dari laptop kepada smartphonenya itu, suara pesan itu, entah apa isi
pesan yang diterimanya, membuatnya benar-benar beralih aktifitas dari yang tadi
begitu khusuk memahami materi yang ada dilaptopnya menjadi senyum-senyum
sendiri membaca pesan di smart phonenya.
Dingin menyelimuti ruangan itu, hujan
terus turun dengan rintik, seolah-olah sedang menjadi backsound dari keromatisan (eeh, entahlah apakah tepat mengunakan
kata itu, romantis) dia dengan smart phonenya.
Dia benar-benar telah melupakan pekerjaan di laptopnya. Perhatiannya penuh
kepada pesan-pesan yang dia terima, matanya dengan bersemangat membaca tulisan
yang tertera dilayar smart phonenya, jempol kiri dan kanannya dengan lincah merangkai
huruf demi huruf untuk membalas pesan-pesan itu, sesekali tertawa seperti ada
yang lucu dan senyumnya selalu merekah
setiap menerima pesan-pesan baru. Duuhh... kalau ku perhatikan seperti orang
gila yaa, Oppsss... yach!... apa coba, senyum-senyum sendiri kepada smartphone itu, benda mati, entah mahluk
apa yang ada di seberang sana, berwujud manusia kah, mahluk pluto kah,
jangan-jangan....?? entahlah, bisa jadi mahluk
itu malah sedang asik nongkrong di warteg atau “maaf” sedang nongkrong di toilet
tidak begitu mempedulikan balasan pesan-pesannya, hanya membalas sekedarnya
saja. Tapi, oohh Tuhan, lihatlah, di sudut ruangan ini, ada seseorang yang
tampak begitu senang, dengan khusuk membalas pesan-pesan itu, matanya berbinar
bahagia, senyumnya mengembang mengalakan bunga jambu di taman di depan ruangan
itu... aahh, dunia ini benar-benar gilaa... menurutku yang dijuluki “smartphone” itu benar-benar smart (Red: Pintar) yaach... pintar,
pintar sekali membodoh-bodohi pemiliknya. Celakanya lagi yang dibodohi
benar-benar menikmati, senang-senang saja di bodoh-bodohi, Astaghfirullah... hiksss...
Rela meninggalkan tugasnya, meninggalkan
tanggungjawabnya hanya untuk sebuah pesan-pesan yang entah datang dari mana. Lalai
dari kewajiban hanya karena sih “smartphone”.
Subhannallah, luar biasa sekali benda bernama “smart phone” ini.
Maka beruntunglah yang bisa memanfaatkan
smartphone dengan baik,
menggunakannya dengan bijak sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Seharusnyalah
kita belajar lebih pintar mengunakan smartphone.
Telpon pintar ini seharusnya bisa membuat kita semakin pintar, bukan
sebaliknya. Manfaatkanlah “smart phone”
kita untuk kebaikan, jangan malah melalaikan.
Smartlah mengunakan smart phone. Apapun yang kita gunakan
jadikan itu sebagai fasilitas untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. Begitulah
sebaik-baik cara mensyukuri nikmat smartphone
yang kita punya. Sekian.
Catatan: cerita ini hanya karangan
belaka, kalau ada nama, tempat dan cerita yang mirip itu adalah hal yang
disengaja, hahaa... itu semua sebagai
inspirasi menulis bagi saya, hehee...
Selamat siang yang dingin...
Selamat menikmati musim hujan....
Salam.
*tulisan ini diposting disore yang masih juga
dingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar