Selasa, 20 Januari 2015

Dia, Hujan dan Smart Phone


.................................................................

“Masya Allah, siang yang panas..!!” kalimat ini biasanya berlaku di siang hari jam 11.00-14.00 siang, tapi tidak untuk hari ini. Dijam ini, dihari ini hujan, iya... hujan cukup deras, orang-orang sebagian mengeluhkan karena terhambat perjalannnya, sebagian yang lain menikmati turunnya hujan, salah satunya aku ini.. Hehe...


Aku sebenarnya bukan penikmat hujan sebagaimana beberapa orang yang menamai diri “pencinta hujan”, “penikmat hujan”, “hujan lover”, “loverain”, dan sebagainya yang terkadang menurut ku lebay. Aku menyukai semua moment yang disajikan Tuhan ke alam ini, malam-Nya, siang-Nya, Sore-Nya, Petang-Nya, Pagi-Nya, Panas-Nya, kemarau-Nya, pun hujan-Nya ini. Aku menyukai semuanya. Karena sejatinya kesemuanya itu adalah milik-Nya, hasil penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya dan Nikmat-Nya. Maka sudah seharusnyalah aku, kamu, kita menyukai semuanya,  mensyukuri Nikmat-Nya, Mengagungkan Kekuasaan-Nya. Allah!

Ditengah derasnya hujan, seseorang di sudut ruangan sedang hikmat menghadap laptopnya memperhatikan materi-materi yang akan dia sampaikan kepada beberapa orang mahasiswanya. Di atas mejanya tampak berserakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan materi-materi yang akan dia sampaikan, terdapat satu botol air minum berwarna hijau, mungkin warna favoritnya, karena yang ku tau dia banyak sekali memiliki benda-benda warna hijau, di meja itu pula terlihat dompet berwarna ungu, desainnya cantik, mungkin juga dia menyukai warna ungu, dan terlihat pula beberapa alat tulis lainnya.

Matanya fokus memperhatikan layar laptopnya, sesekali melihat ke arah smart phonenya yang tergeletak persis sebelah kiri laptopnya. Awalnya aku mengiri dia benar-benar akan fokus ke laptopnya untuk waktu yang lama, iyaa... karena sepertinya menurutku tugas di laptop itu masih belum sepenuhnya selesai, masih banyak yang belum dia pahami. Aku kira dia akan lebih lama lagi bermesraan, berduan dengan laptopnya itu, tapi tiba-tiba ada suara yang mengusiknya, ada suara yang memecah konsentrasinya, suara yang mengalihkan pandangannya, suara yang menghilangkan fokusnya. Suara itu, suara smart phonenya, iyaa... smart phone yang persis berada di sebelah kiri laptopnya, yang dekat sekali dengan tangan kirinya menguluarkan suara, tanda ada pesan masuk, atau pesan di BBM, atau Whatsappnya, atau apalah yang membuat tangannya segera mengambil smart phone itu dan dengan penasaran dia melihat pesan siapa yang dia terima.

Maka seketika itu pula perhatiannya beralih dari laptop kepada smartphonenya itu, suara pesan itu, entah apa isi pesan yang diterimanya, membuatnya benar-benar beralih aktifitas dari yang tadi begitu khusuk memahami materi yang ada dilaptopnya menjadi senyum-senyum sendiri membaca pesan di smart phonenya.

Dingin menyelimuti ruangan itu, hujan terus turun dengan rintik, seolah-olah sedang menjadi backsound dari keromatisan (eeh, entahlah apakah tepat mengunakan kata itu, romantis) dia dengan smart phonenya. Dia benar-benar telah melupakan pekerjaan di laptopnya. Perhatiannya penuh kepada pesan-pesan yang dia terima, matanya dengan bersemangat membaca tulisan yang tertera dilayar smart phonenya,  jempol kiri dan kanannya dengan lincah merangkai huruf demi huruf untuk membalas pesan-pesan itu, sesekali tertawa seperti ada yang lucu dan  senyumnya selalu merekah setiap menerima pesan-pesan baru. Duuhh... kalau ku perhatikan seperti orang gila yaa, Oppsss... yach!... apa coba, senyum-senyum sendiri kepada smartphone itu, benda mati, entah mahluk apa yang ada di seberang sana, berwujud manusia kah, mahluk pluto kah, jangan-jangan....?? entahlah, bisa jadi  mahluk itu malah sedang asik nongkrong di warteg atau “maaf” sedang nongkrong di toilet tidak begitu mempedulikan balasan pesan-pesannya, hanya membalas sekedarnya saja. Tapi, oohh Tuhan, lihatlah, di sudut ruangan ini, ada seseorang yang tampak begitu senang, dengan khusuk membalas pesan-pesan itu, matanya berbinar bahagia, senyumnya mengembang mengalakan bunga jambu di taman di depan ruangan itu... aahh, dunia ini benar-benar gilaa... menurutku yang dijuluki “smartphone” itu benar-benar smart (Red: Pintar) yaach... pintar, pintar sekali membodoh-bodohi pemiliknya. Celakanya lagi yang dibodohi benar-benar menikmati, senang-senang saja di bodoh-bodohi, Astaghfirullah... hiksss...
Rela meninggalkan tugasnya, meninggalkan tanggungjawabnya hanya untuk sebuah pesan-pesan yang entah datang dari mana. Lalai dari kewajiban hanya karena sih “smartphone”. Subhannallah, luar biasa sekali benda bernama “smart phone” ini.

Maka beruntunglah yang bisa memanfaatkan smartphone dengan baik, menggunakannya dengan bijak sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Seharusnyalah kita belajar lebih pintar mengunakan smartphone. Telpon pintar ini seharusnya bisa membuat kita semakin pintar, bukan sebaliknya. Manfaatkanlah “smart phone” kita untuk kebaikan, jangan malah melalaikan.

Smartlah mengunakan smart phone. Apapun yang kita gunakan jadikan itu sebagai fasilitas untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. Begitulah sebaik-baik cara mensyukuri nikmat smartphone yang kita punya. Sekian.

Catatan: cerita ini hanya karangan belaka, kalau ada nama, tempat dan cerita yang mirip itu adalah hal yang disengaja, hahaa...  itu semua sebagai inspirasi menulis bagi saya, hehee...
Selamat siang yang dingin...
Selamat menikmati musim hujan....
Salam.
*tulisan ini diposting disore yang masih juga dingin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar